Begitu akrab namanya di hati kita, tetapi sudahkah kita mengenalnya lebih dekat? Sang imam berusia singkat, namun hidupnya penuh semangat mencari ilmu dan amal, meletakkan dasar-dasar keilmuan Islam yang layak diingat.
Buku ini mencatat kejujuran Imam Syafi’i sejak kecil, yang membuat sekawanan perampok bertobat. Kecerdasannya membaca dan menghafal Al-Muwattha’ membuat kagum Imam Malik. Akhlak luhurnya diakui semua orang. Tak pernah marah dalam berdebat, apalagi menjatuhkan pribadi lawannya. Sebagian ulama bila merasa hatinya kering, datang kepada beliau untuk dibacakan Al-Qur’an; kemudian terdengar suara tangisan.
Sinar ilmunya membuat ia dicintai Khalifah Harun al-Rasyid, sehingga beberapa ulama di Irak merasa iri. Mereka pun mengajukan beberapa pertanyaan fikih yang aneh-aneh untuk mengujinya. Pertanyaan demi pertanyaan dijawab tangkas oleh Imam Syafii. Anda dapat menyimak kecerdasan Imam Syafii berikut ijtihad-ijtihad fikihnya dalam buku ini.
Meski demikian, ia sangat tawadhu. Ia selalu menganggap ada kesalahan dalam setiap ijtihadnya. Sebaliknya, dengan alasan kebenaran ia tak ragu mengkritisi sang guru, Imam Malik. Bila dalam fikih dikenal Ahlul Hadits dan Ahlu Ra’yu, pada diri Imam Syafii terkumpul keduanya.