Wabah akidah yang hari ini banyak menjangkiti manusia adalah penyetaraan segala agama dan keyakinan. Semua agama dianggap benar. Akhirnya, toleransipun kebablasan, menerjang dinding-dinding ideologi yang telah digariskan. Atas nama toleransi, pemahaman ini mengharamkan kita membenci keyakinan orang lain, tak boleh ada keresahan apalagi kebencian terhadap hal-hal yang bertentangan dengan syiar dan syariat Islam.
Persoalan Al-Wala wal Bara (loyalitas, kecintaan versus kebencian, berlepas diri) adalah konsekuensi ketika seseorang mengikrarkan syahadat. Di saat ia mengakui Allah sebagai satu-satunya Zat yang berhak diibadahi, ia harus meyakini bahwa sesembahan selain-Nya adalah batil dan sesat. Meski ada perintah untuk bersikap baik dan adil kepada fisik orang kafir bukan berarti menoleransi kesesatan keyakinannya.
Buku ini mengupas pemahaman yang sudah banyak terkikis dari umat Islam tersebut. Menjelaskan dengan komplit devinisi Al-Wala wal Bara, konsekuensi dan implementasinya baik di masa Salafusshaleh maupun kehidupan kita hari ini. Penulis juga memberikan garis haluan bagaimana seorang Muslim berinteraksi dengan kafir. Kedalaman isi, kelengkapan dalil dan keutuhan pembahasan membawa Penulis buku ini meraih gelar cumlaude pada program Magister di Universits Ummul Qura, Mekkah.