Selesai shalat Subuh berjemaah, Rasulullah saw., menghadap jemaah dan bertanya, “Siapakah orang yang paling menakjubkan imannya?”
Ada sahabat yang menjawab, “Malaikat.” Sahabat yang lain menyahut, “Para nabi-Nya.” Ada juga yang berpendapat, “Sahabatmu, ya Rasulullah.” Semua jawaban tersebut ternyata salah.
Lalu, siapa mereka? Rasullah saw., menjawab, “Kaum yang hidup sesudah kalian. Mereka membenarkan aku, padahal mereka tidak pernah menyaksikan aku. Mereka menerima tulisan dan beriman (Al-Qur’an dan hadis). Mereka mengamalkan apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membelaku, seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku bertemu mereka.”
Ternyata Rasulullah sangat rindu kepada kita. Rindu bertemu kita, umat beliau. Beliau rindu pada umat-umat yang selalu melaksanakan perintah-perintah beliau.
Beliau kangen umat yang selalu menjalankan shalat, meski sibuk mencari nafkah, melaksanakan puasa Ramadan pada siang yang terik, menolak ajakan orang lain berbuat maksiat, tetap bersedekah meski kehidupan ekonomi kian berat, gemar menolong orang yang lemah, dan tetap bersabar meski hidup dalam kesusahan.
Menjelang wafat, Rasulullah sempat berucap, “Ummati... Ummati... Ummati...” Betapa Rasulullah rindu umatnya.
Akankah kita membiarkan cintanya bertepuk sebelah tangan?
Dalam buku sederhana ini, banyak keteladanan yang membuat kita semakin terperangah akan keluhuran budi pekerti beliau. Itulah jalan yang menuntun manusia menuju keselamatan dan kebahagiaan.