Puasa secara umum dapat dimaknai sebagai upaya menahan diri dengan tidak melakukan hal-hal berdasarkan hasrat dan hawa nafsu. Ketika ada seseorang sedang menahan diri untuk tidak berbicara dan ia tidak berbicara sekata pun, maka orang tersebut sedang menjalankan puasa.
Ketika seseorang sedang menahan diri, tidak makan dan minum sesuai dengan aturan yang diperintahkan, maka seseorang tersebut sedang berpuasa.
Para Nabi Allah memiliki tradisi berpuasa yang berbeda, dari satu nabi dengan nabi lainnya. Nabi Adam memilih puasa pada tanggal 10 Muharam agar pertaubatannya benar-benar diterima oleh Allah Swt. Sementara Nabi Idris, Musa, Isa, dan Muhammad memiliki tradisi dan tata cara tersendiri.
Hakikat berpuasa adalah menyucikan dan mendidik jiwa dari tingkatan tarbiyah (pendidikan) dan takziyah (pensucian) menuju tingkatan yang lebih tinggi. Seseorang yang melakukan puasa akan mendapatkan kelebihan tersendiri yang munculnya tidak disangka-sangka.
Buku ini mengungkap tradisi puasa para Nabi Allah, latar belakang pelaksanaan puasa dan hikmah-hikmah dari laku prihatin mereka untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Pembaca buku ini akan menemukan hal-hal yang mendasari laku puasa serta hikmah dan keutamaan dari puasa yang dilakukan oleh para Nabi Allah.