TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK : KARYA HAMKA YANG BERKISAH TENTANG PERCINTAAN SEPASANG PEMUDA-PEMUDI YANG TERKUNGKUNG OLEH ADAT DAN LEMBAGA

-
Hayati kekasih yang didambakan Zainuddin dalam segenap kesengsarannya.


Yang menyambutnya dengan senyum saat semua orang mengacuhkan dan menghinakan keberadaannya.


Kini direnggut orang hanya karena perkara perbedaan adat.


Hayati seharusnya mengetahui dengan hatinya yang suci bahwa kebahagiaan bukanlah ditatap dari harta rupa dan penghormatan bersuku.


Celaka jika melihat kesucian cinta Zainuddin disamakan dengan kehormatan Aziz yang dianggap lebih bersuku.


Belum mulai percintaan sejati itu Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

“... dan akan tercapai juga kemuliaan bangsaku persatuan tanah airku. Hilang perasaan perbedaan dan kebencian dan tercapai keadilan dan bahagia.”


Sepenggal tulisan penuh harap Zainuddin yang mengisyarakatkan kesengsaraan cintanya dalam perbedaan.

Tentang Penulis

Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka lahir di Agam, Sumatra Barat, 17 Februari 1908. 

Ia adalah putra tertua dari tujuh bersaudara.  Dididik dalam keluarga Muslim, ayahnya adalah Abdul Karim Amrullah, seorang ulama pembaharu Islam di Minangkabau. 

Ibunya bernama Siti Shafiyah, berasal dari keluarga seniman asal Minangkabau. 

Sebelum mengenyam pendidikan formal, Hamka lebih dulu tinggal bersama neneknya di selatan Maninjau. 

Lalu, saat ia berusia enam tahun, Hamka pindah untuk tinggal bersama ayahnya di Padang Panjang. 

Sesuai dengan tradisi Minang, Hamka harus belajar Al-Qur'an dan tidur di masjid dekat rumah keluarganya. 

Setelah itu, pada 1915, Hamka mendaftar di SMKA Sultan Muhammad, sekolah di mana ia belajar mengenai ilmu pengetahuan umum. 

Dua tahun setelahnya, ia bersekolah di Sekolah Diniyah. Kemudian pada 1918, ayahnya mendaftarkan Hamka di Thawalib Sumatera. 

Karena merasa tidak puas dengan kondisi pendidikannya saat itu, ia sering mengunjungi perpustakaan yang dikelola oleh salah satu gurunya, Afiq Aimon Zainuddin.

Hamka kerap membaca buku-buku yang mengulas tentang Jawa Tengah. Akibatnya, ia pun berkeinginan untuk pindah ke Jawa.  Setelah empat tahun sekolah, pada 1922, Hamka pindah ke Parabek untuk belajar di bawah asuhan Aiman Ibrahim Wong.

Setelah satu tahun berada di Jawa, ia kembali ke Padang Panjang pada Juli 1925. Di sana ia menulis majalah pertamanya bertajuk Chatibul Ummah yang berisikan tentang kumpulan-kumpulan pidato yang ia dengar di Surau Jembatan Besi. 

Pada 1927, Buya Hamka memutuskan untuk pergi ke Mekah. 

Selama di Mekah, Buya Hamka belajar mengenai bahasa Arab. 

Di Mekah inilah ia bertemu dengan Agus Salim, salah seorang jurnalis juga. 

Setelah bertemu dengan Salim, Hamka diberi saran untuk lebih baik kembali ke Indonesia dan mengembangkan kariernya di sana. 

Akhirnya, Hamka memutukan untuk kembali ke Indonesia setelah tujuh bulan berada di Mekah.  Namun, Hamka tidak kembali ke Padang Panjang, melainkan ke Medan.

Hamka bekerja sebagai penulis di Majalah Pelita Andalas.  Namun, setelah ia menikah dengan Siti Rahim, Hamka lebih aktif dalam kepengurusan Muhammadiyah. 

Karena kegigihannya di Muhammadiyah, Hamka diangkat menjadi Ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang. 

Selanjutnya, pada masa pendudukan Jepang, tahun 1944, Hamka dipercaya menjadi anggota Majelis Darurat yang menangani masalah pemerintahan dan Islam. 
-

Daftar Isi

-
-

Spesifikasi Buku

-
Judul : Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Penulis : Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)

Halaman : 272 Halaman

Ukuran : 14.5 x 20.5 cm

Sampul : Soft Cover

ISBN : 978-602-250-416-0

Penerbit : Gema Insani

Kenapa Kamu Harus Memiliki Buku Ini?

Buku yang ditulis oleh HAMKA ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di daerah Minangkabau ( Sumatera Barat ). Selain masalah adat, dalam buku ini juga digambarkan tentang adanya diskriminasi yang terjadi di masyarakat Minangkabau pada waktu itu.
Alur ceritanya sangat memikat dan menyentuh hati, ketika lamaran Zainudin ditolak keluarga Hayati, bahkan sampai Zainudin sakit parah seperti orang yang kehilangan keseimbangan.
Latar tempat dan budaya yang ditampilkan sangat menarik dan deskripsinya mengajak Anda sebagai pembaca ke daerah Minangkabau yang sangat indah alam pedesaannya.
Majas yang ditampilkan banyak, sehingga Anda sebagai pembaca bisa menikmati keindahan gaya bahasa yang ditampilkan dalam buku ini.

Testimoni Pelanggan Kami

-
-
-

Berapa Harga Untuk Buku Langka Ini?

Berapa Harganya?

358.000

Khusus Hari ini Saja!!



DISKON 50%



Hanya 179 Ribu



Promo akan berakhir dalam :

9JAM
7MENIT
38DETIK

SEGERA PESAN SEKARANG KARENA PROMO TERBATAS DAN AKAN BERAKHIR TANPA ADA PEMBERITAHUAN TERLEBIH DULU!!

-

SEBAGIAN KEUNTUNGAN AKAN DIGUNAKAN UNTUK

AKTIFITAS SOSIAL DAN DIWAKAFKAN PADA YANG BERHAK

MEMBELI SAMA DENGAN BERWAKAF

Garansi dan Pengiriman

-
Bisa COD / Bayar Di Tempat
Malas ke ATM dan tidak Punya Internet Banking..? atau Anda lebih nyaman bayar ketika barang sudah sampai? Tenang.. dengan berbelanja di toko kami, Anda bisa membayarnya setelah barang sampai alias COD. Transaksi Dijamin 100% AMAN!
-
Garansi Uang Kembali
Apabila barang yang di terima cacat / rusak / tidak sesuai gambar / tidak sesuai pesanan, bisa dikembalikan / direturn. Dan Garansi 100% Uang Kembali, jika barang tidak sampai.
-