Tasawuf Modern adalah salah satu karya Hamka yang memuat kehidupan rohani manusia dilihat dari sisi Tasawuf.
Buku ini membahas tentang kebahagiaan manusia dan pengaruhnya dalam kehidupan baik bagi kesehatan fisik maupun kesehatan rohani.
Hamka banyak mendefenisikan kebahagiaan dalam bukunya ini dengan pendapat para ahli, filsuf dan sufi.
Namun pada akhirnya Hamka berpendapat bahwa segala sesuatu di dalam alam ini baik dan buruknya bukanlah pada zat suatu itu, tetapi pada penghargaan kehendak kita atasnya, menurut tinggi rendahnya akal kita.
Apa gunanya pena emas bagi orang yang tidak pandai menulis, apalah harganya Al-Qur’an bagi seorang atheis atau apalah arti berlian bagi orang gila.
Sebab itulah kita manusia disuruh membersihkan akal budi, supaya dengan itu kita mencapai bahagia yang sejati.
Selanjutnya Hamka juga menjelaskan ketidakefektifan akal tanpa adanya Iradah (kemauan) dalam mencapai kebahagiaan, Apakah guna akal yang hebat dan tinggi tapi tidak memiliki kemauan untuk bisa mencapai kebahagiaan, seperti pernyataannya, “bertambah besar iradah, bertambah dekat bahagia bertambah lembik iradah, bertambah jauh bahagia”.
Kemudian Hamka juga melanjutkan dengan “dari apakah tersusun anasir bahagia”, disini Hamka lebih menitik beratkan kepada apa yang diberikan oleh Imam al-Ghazali; (1) Bahagia akhirat, (2) Keutamaan akal budi, (3) keutamaan yang ada pada tubuh, (4) Keutamaan dari luar badan, (5) Keutamaan yang datang lantaran taufik dan bimbingan Allah.
Lalu pada tulisan selanjutnya Hamka mulai menjelaskan akan urgensi agama dalam kehidupan dan memang sangat tidak bisa kebahagiaan itu dicapai tanpa agama.
Dikarenakan agama dapat menimbulkan 3 sifat yang selalu menjaga dan mengarah kepada kebaikan bagi seseorang itu dalam kehidupannya, yaitu; (1) Malu, (2) Amanat (boleh dipercaya), (3) Shiddiq atau benar.
Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan Hamka tentang keutamaan otak dan keutamaan budi.
Yang mana kebahagiaan otak dapat membedakan antara jalan mulia dengan jalan hina.
Dan adapun keutamaan budi ialah menghilangkan segala perangai-perangai yang buruk, adat istiadat yang rendah, yang oleh agama telah dijelaskan mana yang mesti dibuang dan mana yang mesti dipakai.
Bahwasanya yang dapat mengalahkan manusia dalam mencapai keutamaannya sebagi manusia adalah nafsu dan juga letak keikhlasan manusia ketika berbuat, apakah dia ikhlas terhadap semua aspek perbuatannya ataukah tidak.
Hamka menjelaskan tentang anasir yang keempat tentang kesehatan jiwa dan kesehatan badan yang mana musti seimbang diantara keduanya.
Kemudian Hamka juga menyebutkan nasehat untuk memelihara kesehatan jiwa dan badan serta bagaimana juga untuk mengobati jiwa yang lemah yang terkena penyakit-penyakitnya.
Di anasir kelima Hamka menjelaskan tentang urgensitas kekayaan serta pengarahan dalam mendapatkannya dan juga pilihan prioritas dalam pemenuhan kebutuhan dengan kekayaan itu sendiri.
Selanjutnya Hamka terus menambahkan dari selain anasir-anasir diatas, yaitu qana’ah.
Qana’ah yaitu menerima dengan rela apa yang ada, memohonkan kepada tuhan tambahan yang pantas dan berusaha, menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan.
Tawakkal kepada Tuhan dan tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Qana’ah inilah yang mana menjadi sebab kebahagiaan bagi umat terdahulu, dengannya tidak terjadi perbedaan sosial; kaya sangat, kaya, miskin dan betul-betul miskin.
Terakhir Hamka melengkapi syarat-syarat yang mesti dipenuhi yaitu dengan tawakkal, yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan semesta alam.
Kemudian dilanjutkan dengan penceritaan bagaimana kebahagiaan yang dirasakan oleh Rasulullah.
Dan juga tentang bagaimana penggunaan akal dalam menanggapi penciptaan alam, yang mana keindahannya seharusnya menjadi tanda-tanda bagi manusia untuk selalu bersyukur kepada-Nya.
Setelah puas berbicara tentang bagaiman itu bahagia dan apa yang dibutuhkan untuk mencapainya, Hamka tidak lupa meberikan kontraversi dari bahagia itu sendiri, dan Hamka merangkumnya dalam 3 perkara: (1) Pendapat akal yang salah, (2) Rasa benci (3) Mengundurkan diri.
Dan pada akhirnya, ditutuplah karya ini dengan bermunajat kepada Ilahi.
Buku ini tetap relevan hingga sekarang meski ditulis puluhan tahun yang lalu.
Ditulis oleh Buya Hamka, seorang cendekiawan muslim berwawasan luas, dengan latar belakang sastrawan, menjadikan buku ini bukan saja kaya makna, tapi juga enak dibaca.
Sehingga Anda lebih santai dan nyaman dalam menyelesaikan kata demi kata kebahagiaan yang tertuang dalam buku ini.
Jika dunia medis berkembang terus dengan kemajuan teknologi yang berguna untuk kesehatan jasmani, maka buku Tasawuf Modern adalah ‘resep‘ dari ujung pena Buya Hamka untuk kesehatan rohani.