Scroll tanpa henti, tapi hati tetap kosong. Informasi melimpah, tapi jiwa justru terasa kering.
Pernahkah kamu merasa lelah dengan riuhnya media sosial, namun sulit benar-benar menjauh darinya?
Buku Suluk di Medsos karya Wahid Ahtar Baihaqi hadir sebagai jeda yang menenangkan.
Terinspirasi dari nasihat ulama besar seperti Ibnu al-Jauzi, buku ini mengingatkan bahwa ilmu saja tidak cukup tanpa nasihat yang mampu melunakkan hati.
Di tengah hiruk-pikuk dunia digital, pembaca diajak menepi sejenak untuk kembali menyapa diri sendiri.
Berangkat dari literatur klasik yang otoritatif seperti Ihya’ Ulumiddin dan Siyar A’lam Nubala’, buku ini dikemas dengan bahasa ringan, dekat, dan sangat relevan dengan realitas media sosial hari ini.
Setiap kisah bukan sekadar cerita, melainkan cermin yang mengajak pembaca merenung, menemukan hikmah, dan perlahan menata ulang cara berpikir, bersikap, dan menjalani hidup.
Buku ini terasa hangat dan membumi karena menghadirkan kebijaksanaan para salaf dalam konteks kekinian.
Refleksinya sederhana namun dalam, membuat pembaca merasa ditemani, diingatkan, dan diarahkan tanpa menggurui.
Cocok bagi siapa pun yang sedang mencari pegangan hati, pengingat diri, atau ingin meningkatkan kualitas hidup dengan nilai-nilai yang menenangkan jiwa.
Jika kamu ingin tetap hadir di media sosial tanpa kehilangan kedalaman batin, Suluk di Medsos adalah bacaan yang tepat.
Saatnya mengunduh hikmah, bukan sekadar konten, dan menjadikan setiap scroll sebagai jalan untuk memperbaiki hati dan mendekat kepada makna hidup.