“Kita sudah cukup baik, membuat orang mengira kita baik-baik saja. Sekarang saatnya jujur, yang kecewa, yang lelah, yang gak tahu kapan harus istirahat, kamu boleh marah, boleh sendiri dulu, boleh kalau tiba-tiba pengen nangis, boleh banget perlu bantuan. Kamu gak harus terus baik-baik aja. Gapapa, gapapa. Terima, akui, lalu lepaskan.”
Buku ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan perasaan cemas, resah, adanya serangan panik, ketakutan yang besar, kondisi mental, perundungan, dan lainnya. Penulis ingin mengekspresikan apa saja yang dahulu menjadi keresahannya dimana penulis merasa bahwa sulit sekali untuk melawan ‘rasa sakit’ itu.
Hingga pada akhirnya, ia dapat memahami jika hal yang menjadi kecemasan dan ketakutan selayaknya dapat diolah menjadi sesuatu yang lebih baik ‘melalui medium yang tepat’. Topik yang disajikan didalamnya berkaitan dengan proses terbentuknya diri dan peduli terhadap diri sendiri.
Kehidupan yang sekarang tak jarang membuat kita harus berupaya keras untuk menjadi baik-baik saja. Namun, saya dan kita semua, didalam kepala tahu dengan baik jika banyak hal dalam hidup tidak selalu terasa baik.
Namun sayangnya emosi dan banyak pengalaman yang telah kita lalui tanpa sadar menjadi 'terabaikan' sehingga terkadang berbagai rasa dan pengalaman itu berpadu dalam ujud tangis yang tiba-tiba misalnya. Buku ini dapat menjadi bacaan untuk membantu kita melihat kedalam diri.
Adakah emosi dan pengalaman buruk yang belum kita beri ruang? Adakah pengalaman tidak menyenangkan yang belum sepenuhnya kita ikhlaskan?