Novel karya Leo Tolstoy ini terinspirasi dari kisah nyata sosok ulama yang sangat melegenda di Rusia.
Ia adalah Hadji Murad (wafat sekitar 1853).
Hadji Murad memang seorang pemimpin Muslim Kaukasia yang disegani dan menjadi momok bagi tentara Rusia—ketika melawan penjajahan Kekaisaran Rusia pada 1711-1864.
Hadji Murad lahir dengan nama Tselmas Oul, pada kuartal pertama abad ke-19.
Sosoknya hanya tertandingi oleh pejuang Kaukasia lainnya, Imam Shamil.
Murad lahir dari sebuah etnis yang disebut Avar.
Ia dan sukunya menjadi salah satu tempat kelahiran para penembak jitu terbaik di zamannya.
Reputasinya adalah tidak pernah menembaki target yang sama dua kali.
Leo Tolstoy (1828-1910) adalah empu sastra realis, salah satu penulis besar dunia.
Sangat terkenal berkat novel epiknya Perang dan Damai dan Anna Karenina, di mana ia mendedahkan secara piawai problem sosial, politik, dan tradisi masyarakat Rusia.
Pandangan-pandangannya menghadapkan banyak karyanya pada berbagai larangan, dan akhirnya pengucilan dari Gereja Ortodoks.
Kini reputasinya telah pulih dan diakui sebagai salah satu pemikir yang brilian sepanjang zaman.
Hadji Murat adalah fiksi terakhir karya Tolstoy yang diterbitkan tahun 1912, tahun setelah kematiannya. Namun begitu, gambarannya yang murung tentang konflik antardua kebudayaan yang terpolarisasikan, dan pertemuan dahsyat mereka, bergema luar biasa dan tak terduga pada peristiwa-peristiwa zaman kini.