Ayat al-Qur’an turun di Mekkah dan Madinah 15 abad lampau. Lalu bagaimana kita bisa tetap mengambil makna dan rahasia kandungan al-Qur’an dalam dunia modern saat ini? Buku ini ditulis oleh penulisnya dengan pemahaman yang mendalam, dan yang terutama, dengan kecintaan teramat sangat pada al-Qur’an. Bukan hanya enak dibaca, tapi perlu ditelaah!
— Prof. Nadirsyah Hosen, Ph. D. Guru besar di Faculty of Law, Monash University, Australia.
Al-Qur’an diturunkan bukan dalam ruang hampa, tetapi dalam medan sejarah, budaya, tradisi, dan pandangan dunia Arab. Oleh karena itu, dalam memahami makna dan pesan yang dikandungnya, selaiknya juga mempertimbanhkan konteks sejarah dan budaya Arab sebagai audien al-Qur’an.
Dengan menelusuri jejak sejarah teks, buku ini mengajak kita berselancar menepati jejak pesan Tuhan melalui medan asbab al-nuzul. Penulisnya bukan hanya mengungkapkan sejarah teks dan pesan yang dikandungnya, tetapi juga implikasi makna dalam konteks kekinian. Dengan cara yang demikian itulah pesan-pesan al-Qur’an akan terus hidup di sepanjang sejarah manusia.
— Dr. Islah Gusmian. Dosen Ilmu Tafsir, IAIN Surakarta
Al-Qur'an adalah teks yang mati sekaligus hidup. Mati, karena wahyu ilahi yang kini berbemtuk tulisan ini diam tak bergerak. Hidup, karena pada awal kelahirannya yang masih berbentuk lisan itu, ia turun sebagai respon terhadap tuntutan dua realitas arab (asbab nuzul). Al-Qur'an pun dipilah menjadi dua kategori sesuai dua realitas yang diresponsnya (makkiyah-madaniyah).
Selain memaknai baru kedua indikasi teks yang hidup tadi (asbab nuzul dan makkiyah-madaniyah), penulis jebolan unibersitas al-Azhar Mesir ini juga menggunakannya untuk menjawab dan membaca realitas zaman secara cerdas. Al-Qur'an pun, di tangan sang penulis, tidak sekedar dilihat dari responnya terhadap realitas awal (al-ibratu bi khusus al-sabab), dan dari teksnya yang mati (al-ibrah bi umum al-lafzi), tetapi juga dari responsnya terhadap seluruh realitas peradaban manusia yang senentiasa bergerak melampaui teks (al-hukmu yaduru ma'a illatihi).
Bacaan wajib bagi orang-orang yang mau cerdas memahami dan menggunakan al-Qur'an.
— Dr Aksin Wijaya. Direktur Pascasarjana, IAIN Ponorogo.
Memahami al-Quran harus dengan metodologi yang sudah familiar dalam khazanah Islam, diantaranya dengan Makki dan Madani. Buku ini akan membekali kita dengan perangkat metodologis tersebut. Buku yang penuh gizi keilmuan dan harus dibaca oleh para penggiat tafsir dan seluruh umat Islam yang ingin tahu keistimewaan al-Quran dan bagaimana membumikannya dalam konteks kekinian.
— Dr Zuhairi Misrawi. Ketua Moderate Muslim Society