Teddy Wibisana bukan sosok yang asing di lingkungan gerakan mahasiswa era akhir 1980-an hingga 1990-an.
Aktivis Bogor dan salah satu pendiri FPPHR dan Sl ini, bersama aktivis Bogor lainnya terlibat dalam advokasi tanah rakyat di Rancamaya, Cijayanti, Pongkor, Jatiwangi, Cimacan, Tapos, dan Cipendawa.
Saat ditangkap dalam aksi FAMI pada Desember 1993 sebenarnya sudah bekerja di perusahaan farmasi nasional. Aksi FAMI membuatnya ditahan selama satu tahun.
Setelah bebas pada Desember 1994, lelaki yang dikenal selalu menjaga keseimbangan antara kesibukan profesional dengan aktivitas sosial/politik ini kemudian melanjutkan karier di perusahaan farmasi internasional, sambil melanjutkan perjuangan merebut reformasi bersama ALDERA.
Setelah reformasi, pada 2003 Teddy sibuk sebagai salah satu direktur di KBR68H dan Tempo TV, sambil membangun dan bergabung di DPN Partai Perserikatan Rakyat (PPR) sebagai bendahara.
Kini Teddy menjabat Komisaris Independen di Indofarma.
Buku ALDERA ini terwujud atas prakarsanya yang kemudian disambut oleh Pius Lustrilanang.